Assalamu’allaikum
W.W.,
“Merayakan Hari Raya Idul Adha Bersama
Teman-Teman Tercinta”
Pada hari Selasa, 15 Oktober 2013 saya dan
teman-teman merayakan Hari Raya Idul Adha di Sekolahan Tercinta SMA Negeri 1 Purwantoro.
Jam 07.00 WIB acara dimulai dan berakhir pada pukul 09.00 WIB. Setelah selesai
kami bergegas untuk jalan-jalan dan melihat penyembelihan hewan Qurban. Saya
bersama teman saya Nindiana menyaksikan penyembelihan hewan Qurban di daerah
Mboan, Biting, Tegalrejo.
Disana terdapat satu hewan sapi dan empat
hewan kambing yang akan disembelih. Disana kami bergabung dengan masyarakat
Mboan untuk makan bersama. Ketika kami merasa cukup lama di daerah Mboan kami
bergegas untuk kembali ke Sekolahan. Di Sekolahan kami disambut oleh tiga teman
saya yaitu Khusnul, Imah dan Dyah. Tanpa berfikir panjang kami bergegas untuk
ke Mak’Haji untuk membeli Gado-gado dan Es Buah.
Bulan ini
merupakan bulan bersejarah bagi umat Islam. Pasalnya, di bulan ini kaum
muslimin dari berbagai belahan dunia melaksanakan rukun Islam yang kelima.
Ibadah haji adalah ritual ibadah yang mengajarkan persamaan di antara sesama.
Dengannya, Islam tampak sebagai agama yang tidak mengenal status sosial. Kaya,
miskin, pejabat, rakyat, kulit hitam ataupun kulit putih semua memakai pakaian
yang sama. Bersama-sama melakukan aktivitas yang sama pula yakni manasik haji.
Selain ibadah haji, pada bulan ini umat Islam
merayakan hari raya Idul Adha. Lantunan takbir diiringi tabuhan bedug menggema
menambah semaraknya hari raya. Suara takbir bersahut-sahutan mengajak kita
untuk sejenak melakukan refleksi bahwa tidak ada yang agung, tidak ada yang
layak untuk disembah kecuali Allah, Tuhan semesta alam.
Pada hari itu, kaum muslimin selain
dianjurkan melakukan shalat sunnah dua rekaat, juga dianjurkan untuk
menyembelih binatang kurban bagi yang mampu. Anjuran berkurban ini bermula dari
kisah penyembelihan Nabi Ibrahim kepada putra terkasihnya yakni Nabi Ismail. Peristiwa
ini memberikan kesan yang mendalam bagi kita. Betapa tidak. Nabi Ibrahim yang
telah menunggu kehadiran buah hati selama bertahun-tahun ternyata diuji Tuhan
untuk menyembelih putranya sendiri. Nabi Ibrahim dituntut untuk memilih antara
melaksanakan perintah Tuhan atau mempertahankan buah hati dengan konsekuensi
tidak mengindahkan perintahNya. Sebuah pilihan yang cukup dilematis. Namun
karena didasari ketakwaan yang kuat, perintah Tuhanpun dilaksanakan. Dan pada
akhirnya, Nabi Ismail tidak jadi disembelih dengan digantikan seekor domba.
Legenda mengharukan ini diabadikan dalam al Quran surat al Shaffat ayat
102-109.
Kisah tersebut merupakan potret puncak
kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya. Nabi Ibrahim mencintai Allah melebihi
segalanya, termasuk darah dagingnya sendiri. Kecintaan Nabi Ibrahim terhadap
putra kesayangannya tidak menghalangi ketaatan kepada Tuhan. Model ketakwaan
Nabi Ibrahim ini patut untuk kita teladani.
Semoga
bermanfaat dan Selamat Hari Raya Idul Adha... ^_^
Wassalamu'allaikum W.W.,
Ika Oktavia Nurmila, 19 Oktober 2013
0 komentar:
Posting Komentar